Suku Bunga Didorong Terus Turun Secara Bertahap

JAKARTA (23/2) -- Kondisi ekonomi Indonesia yang melemah dengan rendahnya angka inflasi dan merosotnya daya beli masyarakat mengharuskan pemerintah segera mengambil langkah strategis.

Ketua DPP PKS Bidang Ekuintek-LH, Memed Sosiawan mendesak pemerintah untuk melakukan pelonggaran dalam kebijakan moneter dalam bentuk penurunan suku bunga perbankan. "Baik policy rate (BI rate), deposit rate, maupun lending rate," ujar Memed di Kantor DPP PKS, Jakarta, Selasa (23/2/2016).

Meski Bank Indonesia telah memutuskan menurunkan BI Rate menjadi 7 persen dengan suku bunga Deposit Facility menjadi sebesar 5 persen dan Lending Facility menjadi sebesar 7,5 persen, Memed menyebut penurunan ini belum dapat menyebabkan lending rate menjadi satu digit.

"Dengan kondisi spread suku bunga pada kisaran 5- 6 persen, maka lending rate akan tetap berada dalam kondisi dua digit, berkisar antara 12,25 persen - 13,25 persen," ujar dia.

Memed menyarankan agar ada strategi penurunan suku bunga secara bertahap agar dalam tahun 2016 ini masyarakat dan dunia usaha dapat menikmati lending rate sebesar satu digit. Dampaknya jika landing rate berada pada kisaran satu digit,sektor riil yang lesu akan kembali bergairah.

"Serta meningkatkan investasi baik asing maupun domestik, yang pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menyerap tenaga kerja," terang Memed.

Memed menambahkan selain penurunan suku bunga acuan (BI Rate), penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) yang telah dilakukan dari 7,5 persen menjadi 6,5 persen juga akan membantu meningkatkan likuiditas perbankan.

"Belajar dari penurunan GWM pada tahun 2008, ketika GWM diturunkan efektif dari sebesar 9,01 persen menjadi 7,5 persen maka kebijakan tersebut berpotensi menambah likuiditas perbankan dalam rupiah sekitar Rp 50,0 triliun," ujar dia.