Membaca Tak Bertepi

Bacalah. Ini ayat yang pertama kali diterima oleh manusia mulia teladan kehidupan, Nabi Muhammad SAW. Membaca dengan menyertakan Allah SWT, Rabb semesta alam. 

Tidakkah engkau baca tanda tanda yang nampak dalam lingkaran kehidupan. Tiap waktu Allah menyodorkan pada kita berbagai " bahan bacaan". Orang yang kita kenal satu persatu mendahului "pulang". Perubahan fisik yang perlahan tapi pasti, tak pernah bisa dihindari. Perubahan warna rambut, gigi yang tak lagi kokoh, satu persatu mulai tanggal, kulit yang tak lagi kenyal, bak kulit jeruk layaknya dan seabreg tanda yang Allah hadirkan sebagai bahan bacaan. Meski mungkin bisa divermaks untuk sebagian orang. Namanya juga vermaks, pasti nampak bekas dan bopengnya. 

Silih bergantinya pagi petang panas kemarau hujan, hembusan angin yang membuat kapal bisa berlayar. Gugur dan luruhnya berbagai daun kering tak pernah tertukar. 

Membaca bukan sekedar mengeja larik demi larik kalimat di atas kertas, atau deretan indah huruf di atas layar laptop atau gadget. Semua fenomena alam dan semua yang ada pada diri adalah bacaan yang teramat menarik untuk direnungi dan dikaji. Dan dengan kejujuran nurani, akan mengantarkan sang pembaca pada ketaqwaan yang makin kokoh. Betulkah? Pasti. 

Jika membaca yang kau maksud, diawali dengan kebersihan hati. Ketawadhuan yang dengannya akan terhindar dari syahwat duniawi. Pun bagi yang terkotori hatinya, membaca selalu penuh pretensi dan kontradiksi dengan alam dan fitrah. Maka membacalah dengan hati bersih penuh cinta pada Ilahi Rabbi. Lepaskan segala ego, lepaskan semua ketamakan duniawi. Iqra’ bismi Rabbika ladzi khalaq. Khalaqal insana min alaq.

Membaca huruf dan buku menjadi bagian tak terpisah dari perintah "IQRO". Belajar dan tekun. Mendalami samudra ilmu. Makin engkau baca makin terasa haus. Makin menyelami, makin terlihat keindahan dunia yang menakjubkan. Tak bertepi. Terus menghadirkan motivasi dan inspirasi. Hidup menjadi penuh arti. Optimisme dan analisis akan terasah tajam, menjadi awal langkah kebaikan di semua sisi.

Adalah sebuah negara bernama Indonesia dengan kemampuan warganya dalam membaca dan menganalisa masih rendah. Miris mendengarnya. Menurut hasil Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2015 tentang kemampuan masyarakat (siswa) Indonesia dalam membaca, Indonesia menempati urutan 66 dari 72 negara yang disurvei.

PISA merupakan studi internasional tentang kemampuan membaca, matematika, dan sains siswa sekolah berusia 15 tahun dan bagaimana mereka mengaplikasikan pengetahuan ini dalam kehidupan sehari-hari.

Dari hasil PISA tersebut, para pelajar Indonesia meraih skor 397 dalam kemampuan membaca. Dibanding negara tetangga, Indonesia tertinggal dari Malaysia di peringkat 43 dengan skor 431, dan Singapura di peringkat pertama dengan skor 535. PR untuk seluruh masyarakat Indonesia.

Bersama, mari kita bangunkan mereka yang masih "tertidur" lelap di tengah keramaian masyarakat. Bangun! Hari sudah siang, bahkan sebentar lagi senja sore pun akan datang. Atau mungkin sorepun tak bisa kita temui, karena sang Izrail sudah bertandang tanpa informasi awalan. Kapankah lagi kita akan bertaubat dari segala dosa,maksiat, tamak dan dengki?

#AyoMembaca #AyoLebihBaik

Sri Kusnaeni – Sekretaris BPKK DPP PKS