Lanjutkan Tradisi Perjuangan Melalui Jalur Politik

“Jika kamu punya cita-cita dan memperjuangkannya maka harus ada pengorbanan yang tinggi. Berjuang itu tidak boleh setengah-setengah, saat kamu melangkah dan bertemu tantangan, hadapilah dan pantang menyerah karena prinsip berjuang itu harus mencapai tujuan.”

Pesan nenek saya masih terus terngiang di telinga saya hingga saat ini. Sejak masa kanak-kanak, saya dididik dengan kedispilinan dan prinsip kehidupan oleh kakek dan nenek. Di usia ke 9 tahun, saya ikut kakek dan nenek merantau ke Jakarta. Saya yang berdarah Bugis, mengenyam pendidikan dari kelas 3 SD hingga tamat pendidikan diploma di Tanah Betawi.

Nenek dan kakek saya adalah pejuang kemerdekaan yang banyak merasakan pahit dan getirnya berjuang melawan penjajah. Keduanya kerap menceritakan pengalaman hidup mereka saat merasakan perjuangan demi meraih kemerdekaan. Kisah-kisah mereka membuat lahir inspirasi dari saya untuk melanjutkan perjuangan. Jika di masa lalu dengan mengangkat senjata, maka saat ini ialah berani bersuara dan berjuang untuk kepentingan rakyat, salah satunya melalui Parlemen.

Saya bukan orang yang berlatar belakang pendidikan di bidang politik, tapi saya tak pernah berhenti belajar untuk meningkatkan kapasitas saya. Sejak SMA saya aktif di kegiatan OSIS, dan memperbanyak ilmu agama untuk membentengi diri dari ‘salah gaul’. Saya tertarik pada dunia politik selepas lulus kuliah dan mulai bergabung ke Partai Keadilan. Setelah beberapa tahun bergabung dengan PK, saya menikah dan tak lama setelah itu diamanahi oleh struktur partai untuk mengembangkan partai di daerah Ciputat. Amanah pertama saya yakni sebagai Kabid Perempuan Cabang Ciputat. Di daerah yang baru inilah saya mulai banyak bersahabat dan berinteraksi dengan masyarakat dari berbagai kalangan. Saya dituntut lebih banyak bermasyarakat, bersosialisasi dan berkomunikasi baik dengan masyarakat.

Ketika diamanahi menjadi seorang legislator tentu bukan perkara yang mudah, karena banyak tantangan yang dihadapi. Saya teringat pesan kakek jika dalam perjuangan akan pasti menghadapi tantangan, maka dari itu harus banyak belajar dan memahami apa prinsip dari perjuangan yang saya tempuh. Bagi saya, berjuang itu harus mencapai tujuan, berjuang tidak boleh setengah-setengah karena tidak akan pernah sampai ke tujuan, tekad harus selalu ada, dan yang namanya rumus berjuang itu harus maksimal. Berbagai kemampuan yang saya miliki dikerahkan secara maksimal, sehingga jikalau gagal tidak menyesal, tapi kalau setengah-setengah tapi mengharapkan keberhasilan itu kan bagaikan punduk merindukan bulan. Kegagalan itu pasti akan sesekali diterima, setiap orang pun punya kelemahan, tapi saya percaya bahwa ada Allah SWT yang selalu ada membantu kita.

Saya mulai diamanahi sebagai anggota legislatif PKS pada medio 2009 setelah pemekaran dari Kabupaten Tangerang. Banyak pengalaman yang saya peroleh dalam mengadvokasi masyarakat. Demi pelayanan saya berusaha tak membatasi waktu bagi masyarakat karena saya tak tahu jika suatu saat bisa jadi saya berada dalam kondisi darurat yang menuntut pelayanan cepat juga. Pengalaman membuat saya banyak menerima pelajaran. Ada rasa bahagia bila berhasil mengadvokasi masyarakat karena bisa membuat orang lain tersenyum. Namun ketika berhasil saya tak boleh jumawa dan melupakan kebesaran Allah SWT karena pasti ada pertolongan dan kemudahan dari Sang Khalik. Adapun jika menemui kesulitan, tugas saya ialah bersabar dan teguh dalam berikhtiar.

Sebagai legislator perempuan, saya lebih nyaman berjuang mendorong pembuatan Peraturan Daerah (Perda) yang dibutuhkan atau berdampak luas bagi masyarakat, terutama dalam masalah perempuan dan anak. Saat periode awal pertama kali sebagai legislator, saya ikut dalam pembuatan Perda Perlindungan Terhadap Perempuan. Betapa persoalan perempuan dan anak sangat perlu diperjuangkan dan bagaimana membantu mereka menyelesaikan permasalahannya. Perda tersebut dipersiapkan agar perempuan lebih kuat dan akan melahirkan anak-anak Indonesia serta melindunginya sebagai generasi bangsa. Tak hanya itu, saya beralasan kuat untuk bersuara lebih lantang bagi kalangan perempuan dan anak. Kota tempat saya berjuang tercatat memiliki kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dan perceraian yang tergolong tinggi.

Tak hanya soal perempuan, saya juga terlibat dalam pembuatan Perda Ketenagakerjaan, dimana perlunya perlindungan tenaga kerja dalam hak asasi mereka, misalnya memasukan kalimat pada Pasal 18 Perda Nomer 3 Tahun 2011 Tentang Pelayanan Ketenagakerjaan, sebagai muatan lokal bahwa perusahaan wajib memberikan kebebasan beragama, kebebasan beribadah dan kebebasan cara berpakaian sesuai dengan agama yang dianutnya. Di periode kali ini, saya bersama legislator di DPRD Kota Tangsel tengah mendorong untuk membuat Perda Bantuan Hukum bagi Masyarakat Miskin, perda ini cukup penting diadakan karena masyarakat kurang mampu sangat perlu dibantu hak-haknya untuk mendapatkan keadilan hukum. Saya juga ikut mendorong pengesahan Perda Kawasan Tanpa Rokok, mendorong dan mengawal Raperda Perindustrian dan Perdagangan yang di dalamnya memuat pasal larangan minuman beralkohol di Kota Tangsel, hingga mengusulkan Raperda inisiatif; Raperda Kota Layak Anak dan Raperda Ketahanan Keluarga.

Meski aktivitas saya cukup padat sebagai anggota legislatif dan juga masih memegang amanah di struktur, saya berusaha untuk memenuhi hak-hak keempat buah hati saya. Sejak kecil mereka diberi pemahaman bahwa kedua orangtuanya aktif di struktur partai sehingga memiliki banyak kegiatan di luar rumah. Anak-anak sudah terbiasa mandiri dan mereka tidak masalah dengan kiprah saya di masyarakat. Ketika saya diharuskan pergi ke luar kota, mereka mengerti jika saya sedang berjuang bukan untuk bersenang-senang sehingga mereka pun tidak merasa iri. Saya juga berkomitmen untuk selalu menyempatkan berkomunikasi dengan anak-anak, mendengarkan keluh kesah mereka hingga mengajarkan mereka untuk menjadi pribadi yang hebat. Saya berusaha menggunakan waktu berkualitas saya di rumah untuk keluarga, dan sering menceritakan pada anak-anak bahwasanya mereka harus banyak bersyukur terlahir dari keluarga Islam, dari keluarga pejuang, hingga cerita mbah buyut mereka yang termasuk pejuang kemerdekaan.

Saya punya pesan bagi putra-putri Indonesia agar sedari dini perlu ditanamkan rasa cinta tanah air. Langkah paling sederhana ialah dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Dalam bait lagu tersebut terdapat makna sangat mendalam, yakni “Bangunlah jiwanya bangunlah badannya untuk Indonesia Raya”. Ada pesan dari para pendahulu yang harus kita wujudkan yakni menjadi Indonesia negara besar, yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur. Semoga Indonesia selalu mencetak generasi unggul yang selalu dapat memberikan perubahan bagi tanah airnya menuju lebih baik dari masa ke masa.


Anggota DPRD Kota Tangerang Selatan, Banten, Andi Cut Mutia

Diambil dari Buku Kartini Legislasi, Bunga Rampai Kiprah Perempuan Aleg PKS