Krisis Pangan Ancam Indonesia

Solok (13/11) - Anggota Komisi IV DPR RI Hermanto menyebutkan bahwa ancaman krisis pangan sudah semakin dekat.  Tanda-tanda tersebut sudah mulai tampak.

"Indikatornya ada tiga. Semakin sempitnya lahan, semakin sulitnya mencari lahan baru untuk tanaman pangan dan semakin tidak terkendalinya pertumbuhan penduduk," papar Hermanto dalam sambutannya pada acara launching Kawasan Perbenihan dan Bioindustri Bawang Merah di Jorong Koto, Nagari Sei Nanam, Kecamatan Lembah Gumati, Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Sabtu (11/11/2017).

Menurutnya, krisis bisa dicegah atau setidaknya bisa dihambat lajunya dengan inovasi. "Inovasi di bidang sains dan teknologi sangat berperan dalam mencegah krisis," ucapnya.

Teknologi terapan Instore Dryer yang ada di kawasan bawang merah ini, tambahnya, merupakan salah satu inovasi tersebut. "Dengan Instore Dryer, proses pengeringan bisa berlangsung lebih cepat. Semula dibutuhkan waktu 20 hari. Kini dengan teknologi tersebut, hanya butuh lima hari saja," paparnya.

Kemajuan pertanian, lanjutnya, tergantung pada litbangnya. Apabila litbang maju maka pertanian juga maju. Litbang harus didorong agar melakukan riset dan pengembangan sesuai kebutuhan sektor pertanian. "Outputnya harus aplikatif. Berorientasi pada teknologi terapan" jar legislator FPKS dari dapil Sumatera Barat ini.

Hadir juga dalam kegiatan ini Bupati Solok Gusmal. Bupati hadir meresmikan Kawasan Perbenihan dan Bioindustri Bawang Merah ini. " Solok dicanangkan sebagai sumber bibit bawang merah untuk Pulau Sumatra," kata Gusmal dalam sambutannya.

Di Solok, lanjutnya, saat ini ada lahan bawang merah seluas 7000 hektar.  "Solok diminta oleh Menteri Pertanian agar memiliki kawasan bawang merah seluas 10 ribu hektar.  Target luasan tersebut semoga bisa dicapai pada tahun 2019," paparnya