Kiai Ra Imam: Gabung PKS itu Berkah

Oleh: Siti Us Bandiyah
 
Ulama dari Bangkalan, KH. Imam Bukhori Kholil ikut meramaikan gelar Pilkada sebagai Calon Bupati yang diusung PKS. Ia juga hadir dalam Konsolidasi dan Ikrar Pemenangan Pilkada Serentak 2018, Kamis (4/1/18), di Hotel Bidakara, Jakarta.
 
"Bagi saya, bergabung dengan PKS adalah sebuah berkah," ungkap pria yang akrab disapa Ra Imam mengawali kisahnya.
 
Sebagai pewaris trah Kiai Bangkalan, Ra Imam tumbuh dan besar di lingkungan pesantren. Ia menempuh pendidikan di Pesantren Sukorejo Asembagus, Situbondo asuhan KH. Samsul Arifin. Sebagian besar ilmunya ia dapat di sana kemudian diwariskan di Pesantren Ibnu Kholil Bangkalan yang diasuhnya kini.
 
Suatu hari, salah satu putra KH. Kholil Asnan berpesan padanya, "Ada sebuah partai masa depan yang bernama PKS, di mana platform perjuangannya untuk dakwah dan Umat. Lalu saya dikenalkan dengan Habib Salim Segaf Al-Jufri, Ketua Majelis Syura PKS."
 
Dari sinilah, keberkahan itu muncul. Sebagai Kader Partai Nasdem, Ra Imam mendapat suntikan kekuatan baru. "Saya yakin, PKS adalah partai masa depan yang akan mencerahkan dan mengisi perjuangan untuk mensejahterakan masyarakat Bangkalan dan masyarakat Indonesia pada umumnya," ungkapnya yakin maju bersama PKS.
 
Di balik kesibukannya sebagai Kiai pondok, darah politik telah mengalir dalam dirinya sejak kecil. Selain memberikan pengajian bagi masyarakat, Ra Imam merupakan tokoh Nadhlatul Ulama di Bangkalan. Ia pun aktif menjalin hubungan dengan berbagai partai, seperti PKB, PBNU dan PKS.
 
Memperjuangkan urusan Umat menjadi jalan yang dibangun oleh Ra Imam dan keluarga. "Bahwa hidup ini adalah perjuangan untuk Umat dan politik adalah salah satu alatnya. Jadi mereka memahami itu," ungkapnya.
 
Oleh karena itu, Ra Imam tetap maju sebagai Bupati meski memiliki pengalaman politik yang pahit. Dua kali ia gagal dalam konstelasi Pilkada karena tekanan penguasa.
 
"Kemarin, pada Pilkada 2007 dan 2012, langkah saya selalu dipotong di tengah jalan oleh penguasa. Tahun 2007, partai Gurem yang mengusung saya dihabisi. Kemudian di tahun 2012, setelah nama saya ditetapkan dan mendapat nomor urut, bahkan surat suara sudah dicetak, lima hari menjelang pemilihan, nama saya dicoret oleh KPU. Ini mengindikasikan karena tekanan penguasa saat itu," jelasnya.
 
Di balik perjuangannya di dunia politik, Ra Imam tetap memiliki waktu khusus dengan keluarga di sepertiga malam. Di waktu tersebut, ia akan membangunkan istri dan anaknya lalu berdiskusi banyak hal yang kemudian ditutup shalat malam.
 
"Kami membiasakan bangun malam. Tengah malam setelah mengisi pengajian, sekitar jam setengah dua saya membangunkan istri saya, lalu anak-anak. Kita kumpul, ngobrol dan kemudian shalat malam," ungkapnya lagi.
 
Tampak tak pernah kehabisan energi dalam sepak terjangnya di dunia pendidikan dan politik ini, Ra Imam membocorkan rahasianya. "Kiat paling utama adalah memupuk dan menjaga keimanan serta ketakwaan kita kepada Allah, baik diri sendiri, keluarga dan lingkungan kita. Itu saja yang paling utama," tutupnya.