HNW: Pemimpin yang Bertakwa Akan Kelola Negara dengan Baik

Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid saat menjadi khatib shalat Idul Fitri di Jln Benyamin Sueb, Kemayoran, Jumat (15/6) (Donny Abui/PKSFoto)
Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid saat menjadi khatib shalat Idul Fitri di Jln Benyamin Sueb, Kemayoran, Jumat (15/6) (Donny Abui/PKSFoto)

Jakarta (15/6) - Indikator keberkahan yang didapat dari negeri yang beriman dan bertakwa adalah dengan hadirnya pemimpin yang bertakwa di negeri tersebut.

Hal tersebut dikatakan Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid saat menjadi khatib sholat Idulfitri di Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (15/6/2018).

"Dengan adanya pemimpin yang bertakwa, yang bekerja secara profesional dan bertanggung jawab, dari dirinyalah berkah yang melimpah itu akan hadir. Karena seluruh potensi jiwa, raga dan pikirannya adalah untuk memberikan maslahat dan mensejahterakan umat dan rakyatnya," terangnya.

Dengan takwanya, lanjut Hidayat, segala potensi dan sumber daya yang diamanahkan padanya akan dimaksimalkan untuk kemajuan bangsa dan negaranya. Dengan takwanya segala maksiat, mafsadat dan hal-hal yang membahayakan bangsa akan dihilangkan.

"Melalui pemimpin seperti inilah Allah SWT akan melimpahkan berkah dari langit dan bumi. Karena dengan takwanya, ia mampu mengelola Negara dengan baik," kata Hidayat.

Wakil Ketua MPR itu mencontohkan saat dulu Sunda Kelapa masih dikuasai oleh Portugis, rakyat Sunda Kelapa dijajah dan ditindas oleh penjajah Portugis. Hingga pada tahun 1527 M, Allah SWT menghadirkan seorang mujahid, pejuang, ulama, da’i, yang bernama Fatahillah atau Falatehan atau Sunan Gunung Jati, yang juga merupakan salah satu Wali Songo, untuk memimpin perjuangan membebaskan Sunda Kelapa. Hingga akhirnya Sunda Kelapa dapat dibebaskan dari Portugis pada tanggal 22 Juni 1527 M. bertepatan dengan 22 Ramadhan 933 H. Lalu kemudian Sunda Kelapa diubah oleh Fatahillah menjadi Jayakarta atau sekarang Jakarta, yang mengiyaratkan bahwa di Jakarta ketika itu sudah dikuasai oleh orang Indonesia, Jakarta dibersihkan dari kemaksiatan dan kerusakan yang dibawa oleh penjajah Portugis.

"Boleh jadi, menjadi isyarat bahwa Jakarta telah menjadi kota yang Islami, merujuk pada peristiwa Fathu Mekkah yang merupakan “Fathan Mubina” dalam sejarah Islam, sebuah pembebasan besar-besaran yang dilakukan oleh Rasulullah SAW di Mekkah dan pembebasan besar-besaran juga dilakukan oleh Fatahillah di Jakarta," ungkapnya.

Selain itu, lanjut Hidayat, ini juga merupakan isyarat bahwa di Jakarta ketika itu telah diteguhkan agama tauhid dan dihilangkan segala bentuk kesyirikan sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW di Mekkah ketika itu.