DPR RI: Pendidikan Berbudaya Jawaban Pencarian Model Pendidikan Indonesia

Yogyakarta (04/06) -- DPR RI merasa bahwa jawaban atas pencarian bentuk dari model pendidikan di Indoneisa telah ditemukan. Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih saat melakukan kunjungan spesifik pendidikan berbudaya ke provinsi Yogyakarta, beberapa waktu yang lalu.

Ditengah persiapan yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki pendidikan Indonesia, Fikri Faqih menjelaskan bahwa saat ini telah berkembang pendidikan berbudaya di Yogyakarta.

"Pendidikan berbudaya adalah salah satu jawaban dalam pencarian model pendidikan yang sesuai dengan karakter Indonesia. Jadi nanti setiap daerah akan berbeda, sesuai dengan kearifan lokalnya," terang legislator dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.

Melihat kesuksesan penyelenggaraan pendidikan berbudaya di Yogyakarta, Fikri Faqih menjelaskan bahwa saat ini diperlukan adanya sinergitas semua pihak. Dimulai dari regulasi yang mendukung, Sumber Daya Manusia, Masyarakat, dan pemerintah sebagai pelaksana dan pembuka komunikasi dengan seluruh pihak.

"Di Jogja ini menarik, semua pihak diajak berdiskusi untuk merumuskan pendidikan berbudaya. Mulai dari pemuka agama Islam, Kristen, Katolik, Budha dan Hindu, seniman, sejarawan dan tokoh masyarakat. Ini akan kita bawa ke Raker bersama kementrian," ujarnya.

Lebih lanjut Fikri Faqih menambahkan saat ini dari 20% APBN kita yang langsung diamanatkan kepada Kemdikbud hanya 40 triliyun, Kemenristek hanya 40 triliyun, serta 50 triliyun untuk Kemenag, dan sisanya langsung diberikan ke Daerah.

"Ini yang kalau kita maksimalkan. hampir 50 persen dari anggaran Pendidikan dikelola oleh daerah," pungkasnya.

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Kadarmanta Baskara Aji menjelaskan, pendidikan berbasis budaya dilaksanakan dengan menjadikan budaya sebagai isi pendidikan. Budaya sebagai metode pelaksanaan pendidikan dan pendidikan dalam lingkungan budaya sebagai konteks dan pendekatan dalam manajemen pendidikan.

“Pendidikan berbasis budaya tersebut dijalankan pada jenjang TK hingga jenjang Sekolah Menengah tingkat pertama maupun atas,” ujarnya.

Selain itu, Baskara Aji juga menjelaskan, terdapat beberapa sekolah yang dikembangkan dalam rangka pengembangan budaya seperti SMK Seni Rupa, SMK Kerawitan dan SMS (Sekolah Menengah Musik).

“Bagi siswa dan siswi yang sekolah disitu masih dibebani dengan kurikulum yang sama dengan sekolah umum hanya saja  ditambah dengan pengembangan budayanya,” pungkasnya.