Angin Optimisme Berhembus ke PKS

Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman memberikan arahan dalam Konsolidasi Nasional seluruh Anggota Legislatif (Aleg) PKS di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Rabu (30/1/2019). (Donny/PKSFoto)
Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman memberikan arahan dalam Konsolidasi Nasional seluruh Anggota Legislatif (Aleg) PKS di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Rabu (30/1/2019). (Donny/PKSFoto)

Jakarta (31/1) -- Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mohamad Sohibul Iman menghembuskan optimisme dalam Konsolidasi Nasional seluruh Anggota Legislatif (Aleg) PKS di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Rabu (30/1/2019).

Dalam arahannya, ia menyoroti peningkatan elektabilitas PKS yang dipublikasikan oleh beberapa lembaga survei. Bagi Sohibul, hal ini adalah kabar gembira bahwa PKS akan naik kelas menjadi partai papan atas.

"Sekarang lembaga survei mainstream sekarang memberi angka di atas 4 persen kepada PKS. Kalau di bawah 3 persen, selalu 7-8 persen. Di atas 4 persen, insya Allah bisa kita bayangkan di atas 10 persen bisa kita raih," kata Sohibul.

Diketahui, elektabilitas PKS yang dicatat lembaga survei Indikator Politik Indonesia sebesar 4,3 persen, Charta Politika 4,2 persen. Ditambah, survei internal PKS dengan simulasi kertas suara mencatatkan 7,3 persen.

Atas kabar ini, Sohibul berpesan dua hal kepada seluruh Aleg PKS yang ada di Indonesia. Pertama, ia minta seluruh kader untuk terus membangun optimisme. Karena gen kader PKS adalah gen pejuang dan petarung tangguh.

"Gen kita adalah DNA pejuang, petarung tangguh. Selama kita beriman, selama kita kita istiqomah, insya Allah malaikat akan menyertai kita dan setiap saat menghembus-hembuskan optimisme kepada kita. Termasuk janji akan diberi surga nanti, kelak di yaumil akhir," kata politisi PKS ini.

Selain itu, ia menegaskan, PKS sangat prospektif naik kelas menjadi partai papan atas. Karena didukung berbagai sumberdaya tokoh baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi hingga pusat. Hal ini dibuktikan perolehan suara PKS yang terus meningkat dari waktu ke waktu.

"Tidak ada alasan buat kita untuk pesimis. Sumber daya kita hari ini lebih baik daripada 20 tahun yang lalu. 20 tahun yang lalu, ketika tidak punya apa-apa, di manifesto politik kita tertulis disana. Kita katakan, di tengah keterbatasan segala-galanya, izinkan kami menata ulang taman Indonesia. Menjadi taman yang aman bagi semua, adil bagi semua, makmur bagi semua, rakyat Indonesia," jelas Sohibul.

Kedua, ia juga menyampaikan optimisme bahwa PKS akan mendapatkan amanah kepemimpinan baik di tingkat nasional maupun internasional. Namun, untuk meraih amanah ini, ia meminta kader mengubah dan membiasakan mindsetnya menjadi seorang leader atau pemimpin.

Seorang leader, harus selalu fokus pada tujuan yang akan dicapainya dan istikamah meraih tujuan itu. Seperti langkah PKS yang membuat gebrakan untuk memecah kebuntuan situasi politik di Indonesia.

PKS meluncurkan janji politik berupa penghapusan pajak kendaran roda dua, pemberlakuan SIM seumur hidup hingga usulan RUU perlindungan agama, tokoh agama dan simbol-simbol agama. Ia menyebut hal ini sebagai the next level democracy.

"Jangan pernah kita disibukan dengan memikirkan orang lain, memikirkan rencana-rencana orang lain, rencana-rencana partai lain. Sebab kita sibuk di situ, maka kita akan lupa pada tujuan kita. Jadi sekarang, mari kita balik. Biarkan mereka sibuk dengan langkah-langkah PKS. Bukan kita memikirkan langkah-langkah mereka. Itu mindset leader, bukan mindset follower," imbuhnya.

Sohibul mengingatkan, sebagai seorang leader, kader PKS harus menyadari dan menyiapkan dirinya untuk memimpin seluruh anak bangsa Indonesia bahkan dunia.

"Kita harus menyadari sebagai bagian dari bangsa ini. Kita ditakdirkan bukan untuk memimpin kader PKS saja, kita ditakdirkan bukan untuk memimpin umat Islam saja. Melainkan untuk memimpin seluruh masyarakat Indonesia, bahkan seluruh masyarakat dunia insya Allah. Menjadi ustadziyatul alam, menjadi soko guru peradaban dunia," tambahnya.

Dengan langkah inilah, Sohibul optimis PKS akan membawa Indonesia menjadi baldatun thayibatun wa rabbun ghafur.